“We Are Hedonism”
sebuah
cerpen tentang gaya hidup
Kubuka kedua mataku dengan perlahan namun
pasti, sedikit demi secercah cahaya itu pun mulai terlihat. “Hmmm, hangatnya”
kataku sambil memandang ke arah jendela terlihat sang mentari menampakkan
senyumnya di pagi hari begitu menghangatkan. “ Eh neng sudah bangun, ayo neng
cepetan mandi terus sarapan” kata bi Ijah. “Iya bi, oke” jawabku sambil menyunggingkan senyuman
hangatku.
Setelah selesai menyelesaikan “ritual
pagi” aku pun bergegas untuk segera berangkat ke kampus. Ku tancapkan kunci
mobilku dan segera tancap gas menuju ke kampus. Sesampainya di kampus langsung
ku parkirkan mobilku dan melangkahkan kakiku
ke tempat dimana seharusnya aku berada. Yup di ruang kelas. Aku pun
disambut oleh kedua teman baikku Marsha dan Shita. Oh ya perkenalkan namaku Shella Sofira, biasa disapa Shella. “ Shell, abis ngampus kita kemana yuk. Soalnya
gue lagi bosen di rumah” tanya Marsha. “Kita ke cafe yang baru buka aja yuk,
tempatnya cozy banget, pokoknya Hitz Bogor lahh” ajak Shita dengan semangat ‘45.
“ Ya ampun girls, ini tuh masih pagi ya. Kuliah aja belum mulai, kalian udah
ribut ‘main’ aja” tegasku. ”Hmmm, iya sihh yaudahlah ya kita pikirin ntar”
Marsha meyerah.
Waktu yang dinanti - nanti pun tiba.
Perkuliahan selesai. “Yeayy, akhirnya kelar juga, yuk yuk main”, ajak Marsha
dengan wajah sumringahnya. “Yaudah berhubung gue juga pengin ngilangin badmood
jadi yuk kita berangkat” ajakku. “Oke” jawab Shita singkat. Kami pun bergegas
masuk ke mobil dan melaju ke tempat yang sedari tadi menjadi tujuan kami. “Kita
mau kemana nih, gimana kalo selain ke cafe kita mall juga? Seperti biasa” tawar
Shita. “Good Idea taa” jawab Marsha sambil mengacungkan jempolnya.
Sesampainya di cafe. “Wah bener ya,
tempatnya emang cozy banget nih” kata Marsha. “ Iya bener, wahh ini patut jadi
tempat nongkrong wajib kita nihh” kataku dengan wajah sumringah. “Iya dong,
siapa dulu yang nemu ini tempat. Secara gue gitu anak hitz Bogor” kata Shita dengan bangganya.
Setelah kami berbincang-bincang pelayanpun
datang sambil menawarkan menu untuk dipesan. “Oh iya mba saya pesan Lasagna
Classic sama Hot Tea Earl Grey dong” pesanku. “Kalo aku mah Italian Mango Salad
sama Fresh squash aja” pesan Marsha. “Oke, aku pesen Bratwurst Smokey Beef,
Lemon tea sama American sundae aja deh mba” pesan Shita. “Baik, tunggu sebentar
ya” kata pelayan sambil beranjak pergi untuk menyiapkan pesanan kami.
Setelah selesai makan kami melanjutkan
‘trip’ selanjutnya yaitu menuju ke salah satu mall terbesar di kota Bogor. “Eh besok gue mau nge-date sama gebetan gue nih, kayanya gue butuh baju, tas, sepatu
jam dll yang baru nih” kata Marsha. “Yaudah gih beli, masa iya lo mau biasa aja
ketemu gebetan” kata Shita. “Yaudah yuk, gue juga mau beli parfum baru lagi nih
soalnya gue udah bosen gitu, sekalian aja” ajakku.
Di dalam mall, kami pun sibuk mencari-cari
apa yang menjadi keinginan dan kesenangan kami. Yupss kesenangan dan kemewahan
lebih tepatnya. Karena kami sebenenarnya tidak terlalu mementingkan apa yang
kita butuhkan dan apa yang tidak kita butuhkan. Kita hanya terus dan terus
melakukan hal-hal yang kami anggap itu adalah menyenangkan dan mewah. Hal itu membuat
kami dijuluki sebagai penganut “Hedonisme” karena kami suka kesenangan dan
kemewahan.
“Liat deh bajunya lucu, cocok ngga kalo
gue pake buat nge-date besok?” tanya Marsha. “Menurut gue kurang deh, kurang
mahal haha”candaku. “Ya bener tuh kata Shella, coba deh kalo yang ini kayanya
cocok buat lo” kata Shita sambil menunjukkan pilihannya dengan harga yang
dibandrol jutaan rupiah. “Iya, itu gue banget. Oke deh gue ambil” kata Marsha
sambil membawa baju pilihannya ke kasir. “Bentar deh, emang gebetan lo itu
siapa sih?” tanyaku kepo. “Itu loh si Boy, masa lo gatau sih”jawab Marsha.
“Omg, si Boy kolektor Lamborghini itu kan? Keren juga lo punya gebetan kaya
dia” puji Shita. “Gampang deh, ntar gue kenalin sama temennya Boy”tawar Marsa.
Hari yang dinanti-nanti Marsha pun tiba.
Ia bertemu dengan gebetannya. Boy adalah seorang anak pengusaha kaya dan
terkenal di Bogor. Ia juga kolektor mobil Lamborghini. Malam ini di salah satu
cafe ternama mereka pun bertemu untuk nge-date
berdua. Marsha terlihat gelisah menanti kedatangan si Boy. “Boy mana sih,
jangan-jangan dia Cuma PHP-in gue” gerutu Marsha.
Namun tak berapa lama Boy akhirnya datang
juga. “Hey sha, maaf ya gue lama soalnya tadi masih ada kerjaan” jelas Boy.
“Iya gapapa kok, sante aja. Oh iya udah gue pesenin makanan tuh” kata Marsha
yang mulai sumringah. “Oke oke”kata Boy. “Jadi, lo beneran kolektor
Lamborghini?” tanya Marsha mengawali pembicaraan. “Engga kok, lo tau dari
mana?kata Boy. “Iya gue sering liat lo bawa mobil lamborghini” jelas Marsha.
“Lo salah paham deh kayanya, sebenernya....”jelas Boy, “Masa sih, yaudah lah
ngga penting juga” potong Marsha.
Setelah lama berbincang-bincang mereka pun
mengakhiri obrolannya dan kembali ke rumah masing-masing. Hari berganti hari,
bulan berganti bulan Marhsa dan Boy semakin dekat dan menjalin hubungan.
“Sha, aku boleh ngomong sesuatu ngga? Tapi
kamu jangan tersinggung ya dan janji ngga akan marah” tanya Boy dengan wajah
serius. “Iya, mau ngomong apa sih sayang? Pake nanya segala, kaya sama siapa
aja” jawab Marsha dengan manja. “Menurut aku kamu itu terlalu ‘hedon’ dan aku
mana bisa menuhin semua keinginan kamu yang suka mewah-mewahan itu” jelas Boy.
“Jadi, terus mau kamu apa?” kata Marsha dengan nada sedikit meninggi. “Maaf
banget sha, aku kayanya ngga bisa lanjutin hubungan kita kalo kamu tetep kaya
gini”kata Boy dengan wajah sedikit gelisah takut kalau-kalau nanti Marsha akan
marah. “Yaudah kalo kamu maunya gitu, tapi emang apa salahnya aku kaya gini.
Kan kita dari awal juga udah saling tahu dan kamu juga ngga pernah protes. Tapi
sekarang” kata Marsha dengan air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. “Maaf
sha, aku tau aku salah. Awalnya aku kira aku bisa ngikutin kamu dan terima ini,
tapi nyatanya. Aku belum bisa “ jelas Boy.
Semuanya
berubah sejak saat ini. Hubungan mereka yang diawali dengan ‘kemewahan’ pun
sekarang telah usai. “Jadi, berapa lama hubungan lo sama Boy? tanyaku. “Kok
bisa sih lo putus sama dia, kalian kan serasi?” tanya Shita sebelum Marsha
sempat menjawab. “Iya gue cuma jadian sama dia sekitar 3 bulanan lah, gue putus
karena dia bilang gue terlalu ‘hedon’ alasan klasik lah” jelas Marsha. “Ya
mungkin dia cuma alesan, karena udah bosen aja sama lo” kata Shita. “Husstt, lo
ngomong apa sih? Kita tuh harusnya hibur dia bukan malah bikin dia down”kataku.
“Yaudah lah ya, gue gapapa kok. Lagian menurut gue emang bener kok kalo kita
terlalu ‘hedon’ “kata Marsha. “Iya sih bener juga, bokap gue aja hampir
bangkrut gara-gara kehidupan hedonisme gue” kata Shita.
Namun sesungguhnya kesenangan dan
kemewahaan itu hanya sesaat. Tidak ada kesenangan dan kemewahan yang ‘abadi’.
Semua orang memang menyukai kedua hal tersebut, tidak bisa dipungkiri kedua hal
tersebut membuat orang terkadang lupa kalau ‘dunia pasti berputar’. Ada saatnya
kita di atas ada pula saatnya kita dibawah. Sebaiknya kekita kita ‘di atas’
kita harus sesekali melihat ‘ke bawah’ (memberikan bantuan untuk yang sedang kesusahan).
Dan saat kita ‘di bawah’ kita juga sesekali melihat ‘ke atas’ (untuk memotivasi
diri kita agar lebih baik dan terpacu untuk terus meningkat).
By : NTN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar